Sambi sari

Posted by Aden On 08.35 No comments



Nothing strange feeling Karyowinangun descend on a morning in 1966. But a rare event experienced in the field at the time, when you're swinging the spade into the ground. Hoe who swung to the ground hitting a large rock that once seen as having carved on its surface. Karyowinangun and people around were surprised by the presence of chunks of rock.

Department aware of any archaeological findings come too soon and then set the area as a sanctuary of ancient Karyowinangun field. Carved stone, found it supposed to be part of the temple that may be buried under paddy fields. Excavation was then executed to find hundreds of other boulders and ancient statues. And indeed, the stones were indeed is a component of a temple.

Lapse of 21 years later, finally able to enjoy the beauty of the temple. The temple building was named Sambisari Sambisari stands majestically in the hamlet, village Purwomartani, Kalasan District, Sleman, 10 kilometers from the city center. You can reach by driving through the cross streets of Yogya-Solo to find signposts towards this temple. Next, you just turn left following the line.

YogYES was surprised when it arrived at the temple area. When direct views into the middle area of ​​the temple, just looks as though the roof stone structure plays only a few feet above the ground. YogYES wondering, what's really Sambisari just that small? After the close, then we get the answer. Apparently, Sambisari temple is 6.5 meters lower than the surrounding region.

Sambisari could have been built between the years 812-838 AD, probably during the reign of Rakai Garung. Temple complex consists of 1 main temple and 3 supporting temples. There are 2 fences surrounding the temple complex, a fence has been completely refurbished, while one other fence revealed only slightly to the east of the temple. Still as a barrier, there are 8 pieces scattered phallus stakes in each direction of the wind.

Main temple building is unique because it does not have a mat like other temples in Java. The foot of the temple also functions as a base so that parallel to the ground. The foot part of the temple left plain, without reliefs or decorations. Various decoration Simbar most of which are found on the body to the top of the temple exterior. The ornaments glance like batik motifs.

Stepping up the stairs of the entrance of the main temple, you can see an ornament of a lion in the open mouth of makara (the magical animal in Hindu mythology) are dropped. The figure of makara in Sambisari is an evolution of the makara form in India that can be a blend of elephant with a fish or a crocodile with a curved tail.

1 meter wide corridor will be found after passing the last stair of the main temple entrance. Passing through this, you will see three niches, each of which contains a statue. On the north side, there is a statue of Goddess Durga (the wife of Lord Shiva) with 8 hands each holding a weapon. While on the eastern side there are statues of Ganesha (son of Goddess Durga). On the south side, there is a statue of Agastya with aksamala (prayer beads) are worn around the neck.

Entering the primary compartment of the temple, can be seen phallus and the yoni is large enough, approximately 1.5 meters. Its existence shows that this temple was built as a place to worship Lord Shiva. Phallus and yoni in the main temple room is also used to make holy water. Typically, water diguyurkan the phallus and allowed to flow through a small ditch on the yoni, then housed in a container.

Exit from the main temple and heading west, you can see the third chapel (companion) is facing the opposite direction. There are allegations that the chapel was intentionally built without a roof because when the excavation was found in the stones of the roof. The interior of the chapel center has a square pedestal decorated with dragon and Padmasana (lotus flower) spherical convex on it. Possibly, Padmasana and mat used as a statue or offerings.

When you are satisfied with enjoying the beauty of the temple, you can go into space information. Some of the photographs that illustrate the environmental field Karyowinangun before the excavation and initial conditions of the temple when the discovery. There are also photographs of the excavation and reconstruction of the temple that lasted for tens of years, including pictures of other objects found during excavation, bronze statues that are kept at the Institute for Preservation of Archaeological Heritage.

The beauty of the temple Sambisari now we can enjoy is the result of the hard work of archaeologists for 21 years. The temple that initially looked like a giant puzzle, piece by piece was reconstructed for the sake of sustainability is one more great cultural heritage of the past.



INDONESIAN:
Tak ada perasaan aneh yang menghinggapi Karyowinangun pada sebuah pagi di tahun 1966. Tapi sebuah kejadian langka dialaminya di sawah kala itu, ketika sedang mengayunkan cangkulnya ke tanah. Cangkul yang diayunkan ke tanah membentur sebuah batu besar yang setelah dilihat memiliki pahatan pada permukaannya. Karyowinangun dan warga sekitar pun merasa heran dengan keberadaan bongkahan batu itu.

Dinas kepurbakalaan yang mengetahui adanya temuan itu pun segera datang dan selanjutnya menetapkan areal sawah Karyowinangun sebagai suaka purbakala. Batu berpahat yang ditemukan itu diduga merupakan bagian dari candi yang mungkin terkubur di bawah areal sawah. Penggalian akhirnya dilakukan hingga menemukan ratusan bongkahan batu lain beserta arca-arca kuno. Dan benar, batu-batu itu memang merupakan komponen sebuah candi.

Selang 21 tahun sesudahnya, keindahan candi akhirnya bisa dinikmati. Bangunan candi yang dinamai Sambisari itu berdiri megah di Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, 10 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Anda bisa menjangkau dengan berkendara melewati lintas jalan Yogya-Solo hingga menemukan papan penunjuk menuju candi ini. Selanjutnya, anda tinggal berbelok ke kiri mengikuti alur jalan.

YogYES sempat kaget ketika sampai di areal candi. Saat mengarahkan pandangan ke tengah areal candi, hanya tampak susunan batu atap yang seolah hanya bertinggi beberapa meter di atas tanah. YogYES bertanya-tanya, apa benar Candi Sambisari hanya sekecil itu? Setelah mendekat, barulah kami mendapat jawabannya. Ternyata, Candi Sambisari berada 6,5 meter lebih rendah dari wilayah sekitarnya.

Candi Sambisari diperkirakan dibangun antara tahun 812 - 838 M, kemungkinan pada masa pemerintahan Rakai Garung. Kompleks candi terdiri dari 1 buah candi induk dan 3 buah candi pendamping. Terdapat 2 pagar yang mengelilingi kompleks candi, satu pagar telah dipugar sempurna, sementara satu pagar lainnya hanya ditampakkan sedikit di sebelah timur candi. Masih sebagai pembatas, terdapat 8 buah lingga patok yang tersebar di setiap arah mata angin.

Bangunan candi induk cukup unik karena tidak mempunyai alas seperti candi di Jawa lainnya. Kaki candi sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah. Bagian kaki candi dibiarkan polos, tanpa relief atau hiasan apapun. Beragam hiasan yang umumnya berupa simbar baru dijumpai pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar. Hiasan itu sekilas seperti motif-motif batik.

Menaiki tangga pintu masuk candi induk, anda bisa menjumpai hiasan berupa seekor singa yang berada dalam mulut makara (hewan ajaib dalam mitologi Hindu) yang menganga. Figur makara di Sambisari dan merupakan evolusi dari bentuk makara di India yang bisa berupa perpaduan gajah dengan ikan atau buaya dengan ekor yang membengkok.

Selasar selebar 1 meter akan dijumpai setelah melewati anak tangga terakhir pintu masuk candi induk. Mengelilinginya, anda akan menjumpai 3 relung yang masing-masing berisi sebuah arca. Di sisi utara, terdapat arca Dewi Durga (isteri Dewa Siwa) dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata. Sementara di sisi timur terdapat Arca Ganesha (anak Dewi Durga). Di sisi selatan, terdapat arca Agastya dengan aksamala (tasbih) yang dikalungkan di lehernya.

Memasuki bilik utama candi induk, bisa dilihat lingga dan yoni berukuran cukup besar, kira-kira 1,5 meter. Keberadaannya menunjukkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa. Lingga dan yoni di bilik candi induk ini juga dipakai untuk membuat air suci. Biasanya, air diguyurkan pada lingga dan dibiarkan mengalir melewati parit kecil pada yoni, kemudian ditampung dalam sebuah wadah.

Keluar dari candi induk dan menuju ke barat, anda bisa melihat ketiga candi perwara (pendamping) yang menghadap ke arah berlawanan. Ada dugaan bahwa candi perwara ini sengaja dibangun tanpa atap sebab ketika penggalian tak ditemukan batu-batu bagian atap. Bagian dalam candi perwara tengah memiliki lapik bujur sangkar yang berhias naga dan padmasana (bunga teratai) berbentuk bulat cembung di atasnya. Kemungkinan, padmasana dan lapik dipakai sebagai tempat arca atau sesajen.

Bila telah puas menikmati keindahan candi, anda bisa menuju ke ruang informasi. Beberapa foto yang menggambarkan lingkungan sawah Karyowinangun sebelum digali dan kondisi awal candi ketika ditemukan bisa ditemui. Ada pula foto-foto tentang proses penggalian dan rekonstruksi candi yang berjalan puluhan tahun, termasuk foto benda-benda lain yang ditemukan selama penggalian, berupa arca dari perunggu yang kini disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.

Keindahan Candi Sambisari yang kini bisa kita nikmati merupakan hasil kerja keras para arkeolog selama 21 tahun. Candi yang semula mirip puzzle raksasa, sepotong demi sepotong disusun kembali demi lestarinya satu lagi warisan kebudayaan agung di masa silam.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo


from: http://www.yogyes.com 

0 komentar:

Posting Komentar

Hotel and resort